Kata sandi telah menjadi benteng utama dalam keamanan dunia digital selama bertahun-tahun. Namun, dengan semakin kompleksnya serangan siber dan kebiasaan pengguna yang tidak sehat, seperti menggunakan kata sandi yang sama terus-menerus, benteng ini mulai lemah. Setiap tahun, jutaan kata sandi dan informasi akun bocor, sehingga industri terus mencari solusi otentikasi yang lebih kuat, cepat, dan nyaman digunakan.
Sekarang inilah waktunya otentikasi biometrik muncul sebagai solusi terbaik.
Biometrik menggunakan ciri-ciri fisik unik manusia seperti sidik jari, wajah, atau iris mata untuk memverifikasi siapa pengguna sebenarnya. Teknologi ini bukan lagi fiksi, melainkan standar keamanan baru dalam berbagai aktivitas digital, mulai dari membuka ponsel hingga bertransaksi di bank.
Menurut laporan Grand View Research, pasar otentikasi biometrik diprediksi akan mencapai nilai 68,6 miliar dolar pada tahun 2025.
Ini menunjukkan pergeseran signifikan dari metode otentikasi berbasis pengetahuan seperti kata sandi ke metode berbasis ciri-ciri alami manusia. Otentikasi biometrik berhasil menyelesaikan kelemahan utama kata sandi, yaitu mudah dilupakan, mudah dicuri, dan rentan terhadap serangan yang terus menerus.
Mengapa Otentikasi Biometrik Menjadi Mendesak?
Biometrik (atau disebut juga Biometric Recognition) memiliki keunggulan yang jauh lebih baik dibandingkan metode otentikasi berbasis token (seperti keyfob) atau berbasis pengetahuan (seperti kata sandi dan PIN).
Beberapa keunggulan utamanya terletak pada tiga poin utama
A. Keunikan dan Kekonstan Ciri Biometrik
Setiap orang memiliki sidik jari, iris, atau wajah yang berbeda.
Ciri-ciri ini adalah bagian dari diri seseorang dan tidak berubah sepanjang waktu, berbeda dengan kata sandi yang perlu diubah setiap 90 hari.
Penelitian dari MIT menunjukkan bahwa peluang dua orang memiliki sidik jari yang sama sangat kecil sekali.
Keunikan ini membuat biometrik jauh lebih aman dan sulit untuk ditiru.
B. Otentikasi yang Cepat dan Mudah
Pengalaman pengguna adalah faktor penting dalam menerima teknologi.
Otentikasi biometrik sangat cepat dan mudah digunakan. Contohnya, membuka ponsel dengan fitur pemindai wajah hanya memakan waktu kurang dari satu detik, jauh lebih cepat dibanding mengetik kata sandi yang kompleks.
Menurut Microsoft, salah satu alasan utama di balik inisiatif password-less mereka adalah data yang menunjukkan bahwa rata-rata karyawan menghabiskan 10 hingga 20 jam per tahun hanya untuk mengelola kata sandi, seperti lupa, reset, atau mengetik ulang.
Otentikasi biometrik dapat menghilangkan rasa lelah ini.
Untuk memahami seberapa aman metode biometrik itu, kita perlu ketahui tiga tahap utamanya.
1.Pendaftaran (Enrollment)
Pada tahap ini, pengguna menyerahkan data biometrik seperti beberapa kali scan sidik jari.
Sistem kemudian mengambil fitur khas dari data tersebut, misalnya titik-titik unik pada sidik jari, lalu membuat template biometrik.
Penting: Template ini adalah versi matematika (hash) dari data biometrik, bukan gambar sidik jari asli.
Data mentah langsung dihapus, jadi jika database diretas, peretas tidak bisa memulihkan sidik jari asli dari template.
Akhir-akhir ini, Journal of Cybersecurity and Information Management menyebutkan bahwa penggunaan teknologi Homomorphic Encryption dan Secured Multi-Party Computation (SMPC) dalam proses pendaftaran biometrik menjadi tren terbaru yang bisa melindungi privasi pengguna bahkan dari pihak yang mengelola sistem.
2.Penyimpanan dan Pemrosesan (Storage and Processing)
Template biometrik biasanya disimpan di area yang aman dan terpisah di perangkat keras, seperti Secure Element (SE) atau Trusted Execution Environment (TEE).
Proses pemrosesan dan perbandingan biometrik sebaiknya dilakukan di dalam perangkat, sehingga data tidak keluar dari perangkat.
3.Verifikasi (Verification)
Ketika pengguna ingin masuk, mereka memberikan sampel baru.
Sistem membandingkan sampel tersebut dengan template yang disimpan. Ada dua jenis perbandingan:
Verifikasi (1:1): Apakah Anda orang yang mengklaim?
(Membandingkan sampel baru dengan satu template yang ada). Ini digunakan untuk login.
Identifikasi (1:N): Siapakah Anda?
(Membandingkan sampel baru dengan semua template dalam database). Ini umum digunakan dalam sistem pengawasan.
Tantangan Utama dan Cara Mengurangi Risiko
Meskipun metode biometrik dianggap aman, ada beberapa masalah yang harus diatasi agar bisa digunakan secara luas.
A. Masalah Privasi dan Kepatuhan Hukum (GDPR, CCPA)
Data biometrik dianggap sebagai data sensitif pribadi di bawah aturan seperti GDPR di Eropa.
Jika kata sandi bisa diganti, sidik jari tidak bisa. Kebocoran template bisa berdampak sangat serius.
Menurut Gartner, perusahaan yang menyimpan data biometrik harus lebih memprioritaskan arsitektur Decentralized Identity agar mengurangi risiko penyimpanan di satu tempat dan memastikan kepatuhan terhadap hukum data.
B. Ancaman Deteksi Kehidupan dan Serangan Palsu (Spoofing)
Serangan spoofing adalah upaya untuk meniru ciri biometrik, seperti menggunakan foto untuk face recognition atau sidik jari palsu dari bahan gelatin.
Untuk mengatasinya, industri memakai:
Deteksi Kehidupan: Teknologi ini bisa mengenali apakah sampel datang dari orang hidup, misalnya melalui mendeteksi gerakan mata, denyut nadi, atau perubahan suhu kulit.
C. Kinerja Sistem: FAR dan FRR
Kemampuan sistem biometrik diukur dengan dua metrik penting:
FAR (False Acceptance Rate): Peluang sistem salah mengizinkan akses kepada orang yang tidak berhak.
Nilai FAR harus sekecil mungkin.
FRR (False Rejection Rate): Peluang sistem salah menolak akses kepada pengguna yang sah.
Nilai FRR harus rendah agar pengalaman pengguna tetap baik.
